GIGAnesia- Pengacara atau
penasehat hokum pasti identik dengan manusia, namun siapa sangka jika robot pun
bisa menjadi pengacara atau penasehat hukum. Robot ini merupakan sebuah gagasan
pemikiran dari Joshua Browder seorang mahasiswa dari Stanford University yang mengimplementasikan
technology kecerdasan buatan.
Mahasiswa StanfordUniversity ini mengatakan, robot pengacara itu berpotensi mengalami dampak
hukum dari pemerintah. Namun, Browder mengatakan pihaknya tak peduli hal itu
dan akan tetap bersaing dengan pengacara. Robot ini diciptakannya dengan
mengandalkan teknologi chatbot berbasis kecerdasan buatan yang disebut
DoNotPay.
CHATBOT INI MERUPAKAN ROBOT PENGACARA PERTAMA DI DUNIA
Browder percaya bahwa
robotnya dapat menghemat waktu dan uang. Dilansir melalui
Engadget, Browder menciptakan chatbot yang bisa memperjuangkan sengketa tiket
parkir di New York dan London. Sampai Juni 2016, DoNotPay telah sukses
memenangkan sengketa 160.000 tiket parkir di dua kota itu, setara dengan 64
persen tingkat rata-rata kesuksesannya
"Siapa pun bisa menang. Saya rasa pemerintah telah menghamburkan banyak uang untuk mempekerjakan orang guna membaca permohonan banding parkir, DoNotPay mengirimkan dengan format jelas dan mudah dibaca," katanya.
Chatbot ini juga
mampu mendeteksi lokasi pengguna untuk menunjukkan undang-undang lokal yang
relevan. Cara kerjanya, pengguna tinggal mengetikkan masalah hukum yang sedang
dihadapi dalam kolom pencarian. Nantinya link terkait masalah tersebut akan
muncul, terutama yang spesifik dengan tempat tinggal pengguna.
Tahun ini, Browder
meningkatkan kemampuan DoNotPay agar bisa berguna bagi orang-orang yang
membutuhkan bantuan hukum. Tidak hanya di Amerika tapi juga di Inggris dan
Kanada. Browder mempercepat pembuatan DoNotPay dengan
menciptakan bot builder yang mengotomisasi pembuatan bot. Bot itulah
yang kemudian merekrut relawan paruh waktu untuk membantunya dengan aspek hukum
pada robot pengacara.
EmoticonEmoticon